Setelah satu jam perjalanan dari bandara menuju rumah kami (ya, ya. Kami tinggal bersama dalam satu rumah), kami satu rombongan segera turun dari mini bus dan cepat-cepat masuk ke dalam rumah yang hangat. Rumah kami agak sedikit tua, kami membelinya dengan uang bersama. Orang tua? Tentu, tentu kami memiliki orang tua. Namun, orang tua kami masing-masing berada di luar negeri (ya, orang tua kami juga bersahabat). Kecuali orang tuaku tentu. Mereka berada di surga.
Rumah kami bukan rumah modern seperti yang kau llihat di tv. Rumah kami termasuk rumah adat korea. Kebanyakan bangunannya menggunakan kayu dibanding semen dan batu bata. Kami memiliki halaman kecil yang di kelilingi beranda rumah. Jika kau telah memasuki pagar rumah, kau akan langsung bertemu dengan halaman rumah kami. Biasanya, halaman tersebut kami gunakan untuk menjemur pakaian atau membuat kimchi bersama. Di sebelah kiri halaman adalah ruangan para wanita, kami, sedangkan di sebelah kanan halaman rumah adalah ruangan para pria. Dan kedua ruangan tersebut dihubungkan oleh sebuah ruangan yang lebih besar dari dua ruangan yang lain, kami menyebutnya ruang bersama. Ruangan tersebut berada tepat di belakang halaman. Ya, halaman rumah kami hanya sepetak dan berbentuk persegi (sudah kubilang, kan?! Halaman kami kecil..). Ruangan pria dan ruangan wanita masing-masing memiliki sebuah tingkat. Ruang di atas tersebut terdiri dari sebuah kamar dan beranda. Lantai atas wanita berhadap-hadapan dengan lantai atas pria (karena ruangan kami juga berhadapan, kan? Aisshh..). Di dalam ruangan pribadi kami, hanya terdapat sebuah lemari besar, tempat di mana kami menaruh semua baju-baju kami (masing-masing mendapat space sendiri), satu kamar mandi, dan setumpuk kasur lipat (futon). Oh, tentu saja ada meja rias, tapi itu ada di lantai atas. Sedangkan ruang bersama adalah tempat di mana kami biasa menonton tv, mengerjakan tugas-tugas, makan bersama, juga tempat dimana kami bisa saling bercerita, bercanda, tertawa, juga menangis bersama. Kami adalah keluarga besar. ^^
”Yahh..kalian sudah pulang!” Junho menyambut kami gembira. ”Mana Namja?”
”Oppa!!” Namja berlari melewatiku dan langsung memeluk Junho erat.
”Aww!! Kau membuatku tak bisa bernapas!” seru Junho. Kami tertawa.
Junho adalah saudara kembarnya Namja. Lahir dari rahim yang sama namun sel telur yang berbeda (ayahnya sama..). Junho lahir dua menit lebih dulu dari Namja. Dan mereka memang tidak begitu mirip, hanya saja mereka memiliki tanda lahir dan sifat yang sama.
”Ow..adikku sudah besar,” ujar Junho. Rasa gembira tergambar jelas di wajahnya.
”Junho ya, bantu kami!!” teriak Jaebum dari balik pagar rumah. Setelah itu, Junho langsung berlari keluar dan membantu para lelaki mengangkut barang-barang para pendatang.
”Loh? Khun dan Taec menginap di sini? Tidakkah kalian lebih baik pulang ke rumah dulu?” tanyaku bingung ketika melihat mereka juga membawa masuk barang bawaan Khun dan Taekyeon.
”Mereka tinggal di sini.” jawab WooYoung pendek.
”APA??” yang paling terkejut ini adalah YeoJin.
”Kenapa?” tanya WooYoung.
YeoJin hanya menggeleng, ”Nggak. Nggak apa-apa.” sahutnya. Namun, aku bisa melihat wajahnya memerah dan menggumamkan kata-kata seperti ’Oh My God!’, ’kaku’, dan sebagainya. Sepertinya dia merasa nervous setiap berada di dekat Nickhun, menurutku. Yah, tidak hanya dia. YoungHee, EunHye, dan aku juga merasa begitu. Kecuali NamJa. Entah apakah hanya perasaanku saja atau gimana, sejak tadi di mobil aku merasakan aura benci dari dirinya jika dia dekat dengan Khun. Hhh...
”Jaebum, kau kakak kedua?” tanya Khun.
”Ya. Kenapa?”
”Kakakmu mana? Aku dari tadi belum melihatnya.”
”O...itu...,”
”Siapa namanya? Kau belum pernah cerita..,” sambung Taekyeon.
”Itu..,” saat Jaebum merasa gagu bicara, YeoJin sudah berteriak dari dalam ruang bersama. Teriakan penuh kejengkelan yang aku sangat tahu alasannya.
”YA PARK MYUNGSU!!!!!” jerit YeoJin.
”Siapa?” tanya Khun kaget.
”Kakakku..,” jawab JaeBum lelah.
____ _____ _____