RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

MBA


As i promised before... a long one chapter *maybe?*
please, enjoy! ^^ don't forget to comment, i'll appreciate it <33



9




       Kantor telah sepi malam itu. Semua pegawai, termasuk pegawai yang lembur, telah kembali ke rumah masing-masing. Park Yoochun melirik arloji gucci  miliknya, sudah nyaris jam setengah satu pagi. Seharusnya saat ini dia sudah berada di atas tempat tidur empuknya, bermimpi atau terlelap karena lelah. Namun, seperti halnya tak nafsu makan, Yoochun tak bernafsu untuk pulang. Ada sesuatu yang mengganggunya. Sesuatu yang memiliki rasa De ja Vu. Dan hatinya berkata bahwa sesuatu itu penting baginya. Tapi, apa?!, pikirnya frustasi. Lalu, tak sengaja dia memandang sebuah laci lemari arsipnya. Laci itu mengingatkannya dengan laci di bawah lemari bajunya. Laci yang tak bisa terbuka. Terkunci. Yang bahkan orang satu rumah tak tahu isi laci itu. Sebuah laci yang sekarang membuatnya penasaran setengah mati. Laci yang tak berkunci.


___ ___ ___


          Sudah sejak pagi tadi wajah NamJa terus-menerus cemberut, mengetahui fakta bahwa Lee JunHo—saudara kembarnya—menyukai Park YeoJin—sahabatnya—sejak dua tahun yang lalu. Dua tahun! Dan semalam, JunHo telah benar-benar mendeklarasikan cintanya, juga sayangnya, ke YeoJin. Namun, jawaban dari bibir YeoJin masih belum keluar. Sahabatnya itu masih akan memikirkan hal ini.
”NamJa~, jangan sedih lagi...” aku berusaha menghiburnya dari tadi, tapi masih nihil.
”Sudahlah, SuHa... biarkan aku sendiri. Suasana hatiku saat ini benar-benar buruk!” tepisnya.
Membiarkanmu sendiri? No! Bisa-bisa YeoJin langsung dimangsa setelah aku pergi.
”Ayolah, NamJa. Jangan seperti ini. Sebenarnya, kau kesal pada siapa? Saudara kembarmu atau sahabatmu?”
NamJa menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya tanpa semangat.
”Aku tak tahu. Mungkin aku tak suka kakakku menyukai sahabatku. Mungkin..aku merasa takkan memilikinya lagi. Jika mereka berpacaran, kakakku hanya akan mementingkan YeoJin. Mungkin aku takkan ada lagi di hatinya, hanya secuil bagian yang tak penting. Mungkin.... aku hanya cemburu. Cemburu karena YeoJin begitu tulus dicintai kakakku.”
”Ya ampun, NamJa! Aku tak menyangka kamu ini brother complex?!” sahutku bercanda. NamJa menjawil lenganku dan tersenyum.
”Nah, kalau sudah tersenyum berarti sudah lebih lega, dong?! Kalau begitu, bagaimana kalau kita jalan-jalan?” tambahku.
”Eh, tapi...” tanpa menunggu kata-katanya lagi, aku segera menyeretnya pergi.


___ ___ ___


”Loh? Kita mau ngapain ke sini? Bukannya kita mau senang-senang, ya?” NamJa kebingungan.
”Ini juga bagian dari kesenangan! Kita kan harus mancing..,” jelasku sambil menyeretnya masuk ke toko Gawn&Dress.
Masih dengan wajah bingungnya, dia kembali bertanya, ”Mancing apa deh? Sejak kapan pergi mancing harus pake gaun atau dress?”
”Ssst! Udah, pilih aja yang kamu suka. Aku bayarin. Kita permak diri kita habisa-habisan, oke?!” jawabku seraya memilih-milih gaun yang terpampang.
”Aku masih nggak ngerti. Memang mancing apa, sih?!!”
”Mancing para pria.” jawabku pendek, sementara NamJa memutar bola matanya dan melengos malas.
”Tapi, kita kan bukan wanita kesepian! Aku juga nggak tertarik ’memancing pria’. Kesannya jadi seperti wanita gampangan...ugh!” protesnya.
That’s not my point, Lee NamJa! We just gonna do this for heal our heart. I hurt because of love, you hurt because of love. So, what our heart need is love. It’s just that simply.”
NamJa melongo, sejak kapan ada teori seperti itu? Hah!
”What?” tanyaku, karena dia menatapku dengan alis mengerut bingung.
”Pasti itu teori ngaco buatanmu lagi. Aku nggak ikutan deh. Lagipula, aku juga nggak kekurangan cinta kok!”
”Ya sudah, ya sudah! Terserah kamu deh mau niatnya gimana, tapi kamu tetap harus temani aku ke launching cabang baru kantorku sekarang. Oke?! Sekarang cepat pilih gaunmu!”  
___ ___ ___



          Suasana launching cabang baru berlangsung hikmat dan ramai. Konsep pestanya modern, elegan dan mewah. Hal ini cukup membuat NamJa terkagum-kagum. Tidak hanya itu, banyak juga orang-orang besar dan berpengaruh di Korea serta para artis yang turut menjadi undangan maupun yang meramaikan suasana pesta tengah petang tersebut.
”SuHa ya, sebenarnya ini perusahaan di bidang apa sih? Kenapa mewah sekali? Banyak artis dan pejabatnya lagi.” tanya NamJa.
”Perusahan Nyonya Park bergerak tidak hanya di bidang industri dan tekstil, tetapi juga kosmetik. Kau pernah dengar merk kosmetik Beauty? Itu adalah produk keluaran perusahan ini. Banyak artis ternama yang mengiklankan kosmetik tersebut.” jelasku.
”Wah, aku tahu merk itu! Kosmetik Beauty kan sangat mahal! Aku saja hanya sanggup membeli lipgloss-nya. Eh, lalu apa hubungannya dengan para pejabat?”
”Oh.. kalau hubungan dengan para pejabat terjalin dari bidang industri dan tekstil perusahaan ini.”
NamJa mengangguk paham. Lalu, kami pergi menuju meja minuman dan mengambil masing-masing segelas jus. Meski di meja minuman tersedia minuman-minuman beralkohol, tetapi aku dan NamJa tidak menyukai minuman beralkohol. Karena kami tidak suka perut kami ’menggendut’ karena minuman tersebut.
          Tiba-tiba terdengar riuh-rendah suara tepuk-tangan, tanda acara dimulai. Aku dan NamJa segera ke tengah-tengah ruangan, bergabung dengan yang lainnya. Kulihat sosok Nyonya Park dalam balutan gaun cokelat muda panjang Louis Viton-nya memasuki panggung. Ketika beliau telah sampai di podium, sinar lampu yang menyorotnya membuat kalung berlian Swarovsky yang tergantung di lehernya berkilau indah. Nyonya Park tersenyum, lalu memulai kata sambutannya. Beliau menjelaskan tentang cabang baru perusahaannya yang telah didirikan di Gwangju-do. Cabang perusahaan tersebut akan lebih banyak bergerak di bidang tekstil. Sasaran hasil produk dari cabang tersebut adalah anak muda, dan seterusnya. Nyonya Park juga menambahkan, cabang perusahaan tersebut akan dipegang langsung oleh anaknya, Park Yoochun. Hal ini membuatku kaget. Kalau Yoochun pindah ke Gwangju, bagaimana aku dapat membuatnya mengingatku? Oh, Tuhan..
”Terakhir, pesta ini juga saya adakan bersangkutan dengan kebahagiaan anak saya. Saya ingin membagi kebahagiaan ini kepada teman-teman semua, tak terkecuali teman-teman dari press.” beliau tersenyum sebentar, lalu melanjutkan kembali,” Saya ingin mengumumkan pertunangan anak saya, Park Yoochun, dengan anak dari relasi dekat saya, Yoona.”
Tepuk-tangan, gumaman-gumaman, dan tawa bahagia bercampur menjadi satu dalam ruangan itu. Dan aku dengan bodohnya berada di tengah-tengah orang-orang yang turut berbahagia tersebut, ikut bertepuk tangan.
”SuHa ya, kau tidak apa-apa?” aku merasakan gelombang kekhawatiran dari NamJa. Tapi, aku sekalipun tak menoleh menghadapnya. Aku juga tak tahu kenapa. Tanganku terus saja bertepuk-tangan dengan suara tepukan yang aneh.
”SuHa ya, hentikan! Ayo kita ke luar!” NamJa menarik tangan kananku dan menaruh gelas jus kami di meja. Tetapi, aku masih merasa seperti bertepuk-tangan. Dan setelah kusadari, oh, rupanya sedari tadi aku bukan bertepuk tangan. Itu adalah tangan kiriku yang terus-menerus memukul-mukul dada kiriku.
”SuHa ya, kau tidak apa-apa? Kau pucat.”
”...”
”Kim SuHa? Kita pulang saja, yuk!”
”Tidak bisa. Tidak mungkin. Tidak bisa. Ini pasti mimpi..ah, benar. Ini pasti hanya mimpi.”
”Aku akan menelpon rumah untuk minta dijemput.”
Entah mengapa, tenagaku seperti berangsur-angsur menghilang. Semua gelombang hitam yang selama ini selalu berputar di sekitarku kini menghilang juga, membuat hatiku tiba-tiba kosong. Di saat yang bersamaan, aku merasakan gelombang besar yang tak bisa kutahan dari dalam diriku. Seperti ombak besar yang tak menentu. Ingin kumuntahkan rasa itu, namun tak bisa...karena pikiranku tahu hal itu akan berubah menjadi rasa sakit yang tak dapat kutahan.
          Mungkin semua itu takkan benar-benar terjadi, jika sekarang aku memang sedang di alam mimpi. Ya, ini pasti mimpi. Nah, apa yang harus kulakukan agar aku dapat terbangun?


___ ___ ___
[second person’s pov]


”Halo? Ini siapa?” baru saja aku akan menelpon rumah, hp-ku lebih dulu berbunyi nyaring karena ada panggilan masuk dari nomor yang tak kukenal.
”NamJa ya, kau di mana?”
Rasanya aku kenal suara ini...
”Ini siapa ya?”
”Khun oppa. Kau di mana? Semua khawatir karena kau dan SuHa tiba-tiba menghilang tanpa pamit. Kalian di mana?”
”Ah! Oppa, sekalian jemput kami saja. Kami ada di...sebentar,” aku mencari petunjuk tentang tempat kami berada sekarang.
”Umm..aku tak yakin. Oppa, kau tahu perusahaan Park Corporation? Kami sedang ada di sana. Cepat, ya! Ada hal gawat yang terjadi. SuHa,—” aku mencari SuHa yang seharusnya berada di belakangku, namun dia tak ada. Mataku mancari sosoknya. Ketika kutemukan, aku nyaris mati di tempat. SuHa sudah berada di tengah-tengah jalan raya, seperti bersiap untuk mati.
”SUHA YA!! JANGAN LAKUKAN ITU!!” teriakku seraya berlari secepat yang kubisa ke arahnya.
”NamJa, ada apa?!” teriak Khun oppa dari telepon.
”Oppa, cepat datang! Sekarang!!!!” lalu, kuakhiri panggilan tersebut.
Segera setelah itu, aku berlari menerjang SuHa. Kami terguling hingga menabrak pembatas jalan. Dan aku merasakan tidak hanya high heels-ku yang rusak, tetapi juga pergelangan kakiku. Geezz..
”SuHa! Bego banget sih kamu!! Kalau mau mati jangan di depanku! Sana cari tempat yang jauh!” omelku. ”Kenapa nggak sekalian aja kamu gali kubur sendiri?!! Huh!”
Aku tak perlu jawabannya. Dia telah menangis dalam pelukanku.


          Tak berapa lama kemudian, TaekYeon oppa datang dan segera menghampiri SuHa.
”Oppa, cepat bawa SuHa pergi! Aku tak mau dia merusak kakiku lagi. Aku sudah cukup sial hari ini.” perintahku.
TaekYeon oppa melihatku bingung. Tapi, dia tetap membawa sahabatku itu pergi dan masuk ke dalam mobil. Sementara itu, aku baru menyadari kalau Khun oppa sedari tadi telah berdiri di sampingku.
”Ayo, pergi!” katanya.
Aku melepas high heels-ku pelan-pelan, lalu mengulurkan sepasang sepatu yang sudah rusak itu kepadanya. ”Oppa, tolong bawakan sepatuku.”
Khun oppa mengambilnya, lalu menyuruhku jalan. Aku berjalan dengan tertatih-tatih. Sial! Ternyata sakitnya melebihi perkiraanku.
”Kakimu kenapa?” dia bertanya padaku.
”keseleo mungkin. Yang jelas sih sakit.” jawabku, seolah-olah tak terlalu peduli.
”Tangan.”
”Untuk apa?”
”Mana tanganmu?”
Aku mengulurkan tangan kananku. Lalu, dia merangkulku—menaruh tangan kirinya di pinggangku dan menaruh tangan kananku di pundaknya.
”Ini akan lebih membantu.” katanya, tersenyum ke arahku.
Sejujurnya, aku tak begitu menyukainya karena dia terlalu cantik untuk seorang cowok. Namun, untuk hari ini saja aku takkan memedulikan hal itu. Untuk hari ini, karena aku sudah terlalu lelah.


___ ___ ___


At home...
[YoungHee’s pov]


          What a greatful day!! Sudah jatuh ketimpa tangga. Ditambah lagi, sempat-sempatnya sepatuku menginjak tahi anjing di depan rumah tetangga! Hhrrgghh...
”Uh?” aku bingung mendapati rumah sangat gelap. Segera kucuci sepatuku plus kakiku, lalu masuk ke dalam rumah. Agak susah mencari tombol untuk menyalakan lampu dalam gelap, tapi pasti setelah ketemu akan...loh? loh?? Kok, masih tetap mati??
”Kau sedang apa?”
Aku menoleh ke arah belakangku, dan kupikir aku baru saja melihat hantu!
”EOMMMAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!” teriakku. ”Eommphh!!” hantu itu menutup mulutku.
”YAH! Ini aku! JaeBum! Park JaeBum!!”
”O? Hefhum ofva?” ucapku di balik telapak tangannya.
JaeBum oppa melepaskan tangannya dari mulutku.
”Kau mengejutkanku, oppa! Kupikir tadi aku melihat hantu! Makin sial saja..,” gumamku.
”Kau yang mengagetkanku. Kupikir tadi kau itu maling, tahu!” balas JaeBum oppa. ”Sekarang mati lampu. Jang bersaudara dan YounHa sedang ke supermarket membeli lilin. Kita kehabisan lilin. Ini hanya tinggal satu dan sudah pendek. Yang lainnya sedang keluar, entah kemana.” jelasnya.
Aku mengangguk. ”Oke. Oppa, aku mandi dulu, ya! Aku pakai senter hp-ku.”
”Ah, airnya juga mati.”
What?!
Yes. Pakai saja air yang ada.”
”...”


Beberapa menit kemudian...


”Oppa, gawat!”
”Apa?”
”Air di kamar mandi cewek hanya tinggal sedasar bak mandi. Aku harus ke kamar mandi cowok.”
”Kenapa harus mandi sekarang, sih?”
”Tadi aku terkena cipratan genangan air.”
”Masih bisa mandi nanti.”
”Lalu, aku menginjak tahi anjing.”
”Cuci saja dulu di luar.”
”Aku tersiram air bunga. Aku sedang sial.”
”Pakai saja jaketku dulu. Nih!” JaeBum oppa melemparkan jaketnya padaku.
”Aku...aku...,”
”...”
”ChangMin memutuskanku.”


___ ___ ___


note: sorry if this chap. become a boring one, but..i'll improve it to be a better one soon..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MBA

8


Sudah sepuluh menit berlalu, namun suasana di ruang bersama masih sunyi. Semua begitu diamnya sampai merasa canggung. Aku sesekali melirik ke arah YeoJin yang masih menatap MyungSu ssi penuh amarah. Sementara di satu sisi, kakak keduanya hanya terduduk lesu.

”Ehem..” YoungHee berdeham, mencoba memecah kesunyian, dan semua mata tertuju padanya. Karena merasa tidak enak, dia lalu menundukkan kepalanya lagi.

Park MyungSu adalah kakak pertama YeoJin. Berumur 30 tahun dengan wajah yang seolah-olah menunjukkan bahwa umurnya sudah lebih tua dari umur sebenarnya. Dia bekerja sebagai entertainer di sebuah stasiun tv kecil daerah. Park MyungSu telah menikah dengan seorang wanita yang baik hati mau menerima lamarannya, Yoon Eun Hye unnie, meskipun sang wanitanya berumur empat tahun lebih muda. Pernikahan mereka sudah berlangsung selama..? Entahlah..berapa tahunan sepertinya, aku tak terlalu memerhatikan.

”YeoJinaa~...aigooohh..hik...cantik sekali..hik..bungaa~ oh, bungaaa~ hik!” MyungSu ssi mulai menari-nari tidak jelas dan menirukan bebek yang mau terbang.

”Oppa.” rahang YeoJin mengeras.

”Ya, Hyung. Berhentilah..,” JaeBum berusaha menenangkan MyungSu dengan menahan tangan kanannya.

”Eh, ada JaeBumiii! Hihihiii...haloha! hik. Ups, maksud saiiyaa, alouuhhaaa~! Hik. Ohoo...kuda! kuda berkaki empat dan menariii~ Hik. Nununu-huhuhuhuuu...wipii~! Jin ah.., ayo kita narii!” MyungSu ssi semakin menunjukkan tanda-tanda tidak waras.


PLAK!


YeoJin menampar belakang kepala MyungSu keras. Lalu, dia berlari masuk ke dalam kamar. Sedetik kemudian, JunHo menyusul YeoJin ke dalam kamar.

Setiap sebulan sekali, Park Myungsu selalu datang ke rumah ini dengan keadaan hangover. Jaebum oppa selalu mengatakan bahwa alasan mengapa kakak pertamanya begitu adalah karena masalah pekerjaan dan keluarganya. Myungsu ssi memiliki harga diri yang tinggi. Gaji pekerjaannya yang kecil membuatnya malu karena tak dapat menghidupi istrinya dengan baik. Meskipun begitu, Eun Hye unnie pernah mengatakan pada kami kalau hal seperti itu bukan masalah besar baginya, ”Aku menikahinya bukan karena uang atau hanya karena cinta. Aku menikahinya karena itu adalah dia.”

Memikirkan perkataan Eun Hye unnie membuat pikiranku kembali ke masa lalu. Ke masa di mana aku begitu percaya padanya sampai-sampai aku harus kehilangannya. Itu adalah waktu ketika aku tak memiliki lagi tempat untuk berpijak.


Setelah satu jam kami bergelut untuk menenangkan Myungsu ssi, akhirnya pria mabuk itu tertidur pulas di sofa. Kami menarik nafas lega. Aku dan Eun Hye membuatkan masing-masing orang teh hangat untuk mengembalikan energi yang terbuang dan agar semua bisa kembali rileks.

”Sudah berapa lama Junho-ku seperti itu?”

Aku terlonjak kaget, nyaris menjatuhkan nampan yang kupegang. ”Oh, Nam Ja! Kau mengagetkanku! Ouh...nyaris saja jantungku copot..,”

”Maaf. Aku tak bermaksud begitu.” Nam Ja lalu terdiam, terlihat merasa tidak enak denganku.

”Lalu, apa tadi yang mau kau tanyakan?” tanyaku.

”Sudah berapa lama Junho seperti itu?”

Aku manatapnya bingung. Tak mengerti maksudnya. Apa maksudnya ’seperti itu’?

Dia terlihat tidak sabar, lalu melanjutkan, ”Dengan Yeo Jin!” ujarnya cepat.

Oh, benar. Aku benar-benar lupa menceritakan yang satu itu padanya. Ketika aku baru saja akan menjelaskannya, Young Hee datang kepada kami dengan wajah sumringah dan pipi kemerahan.

”Tahu tidak? Aku baru saja melihatnya! Ah, tidak! Aku tak sengaja melihatnya!” Young Hee melompat-lompat kecil di tempat dengan antusias. Melihat itu, aku teringat dari mana dia datang tadi dan kemana dia pergi setelah Myungsu ssi tertidur. Firasatku mengatakan ini hal buruk.

”Tadi...,” Young Hee terlihat bersemangat, sedangkan Nam Ja semakin penasaran.

Mataku melebar, berusaha memberinya isyarat untuk tidak berbicara. Namun sepertinya dia tidak melihat isyarat dariku. Kini aku hanya bisa berdoa.

”Mereka berpelukan!!” Young Hee histeris, namun aku langsung membungkam mulutnya.

Sebelum Nam Ja sempat bertanya siapa, Jaebum oppa telah masuk ke dapur dan menanyakannya lebih dulu, ”Siapa yang berpelukan?”


___ ___ ___

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MBA

7

Setelah satu jam perjalanan dari bandara menuju rumah kami (ya, ya. Kami tinggal bersama dalam satu rumah), kami satu rombongan segera turun dari mini bus dan cepat-cepat masuk ke dalam rumah yang hangat. Rumah kami agak sedikit tua, kami membelinya dengan uang bersama. Orang tua? Tentu, tentu kami memiliki orang tua. Namun, orang tua kami masing-masing berada di luar negeri (ya, orang tua kami juga bersahabat). Kecuali orang tuaku tentu. Mereka berada di surga.

Rumah kami bukan rumah modern seperti yang kau llihat di tv. Rumah kami termasuk rumah adat korea. Kebanyakan bangunannya menggunakan kayu dibanding semen dan batu bata. Kami memiliki halaman kecil yang di kelilingi beranda rumah. Jika kau telah memasuki pagar rumah, kau akan langsung bertemu dengan halaman rumah kami. Biasanya, halaman tersebut kami gunakan untuk menjemur pakaian atau membuat kimchi bersama. Di sebelah kiri halaman adalah ruangan para wanita, kami, sedangkan di sebelah kanan halaman rumah adalah ruangan para pria. Dan kedua ruangan tersebut dihubungkan oleh sebuah ruangan yang lebih besar dari dua ruangan yang lain, kami menyebutnya ruang bersama. Ruangan tersebut berada tepat di belakang halaman. Ya, halaman rumah kami hanya sepetak dan berbentuk persegi (sudah kubilang, kan?! Halaman kami kecil..). Ruangan pria dan ruangan wanita masing-masing memiliki sebuah tingkat. Ruang di atas tersebut terdiri dari sebuah kamar dan beranda. Lantai atas wanita berhadap-hadapan dengan lantai atas pria (karena ruangan kami juga berhadapan, kan? Aisshh..). Di dalam ruangan pribadi kami, hanya terdapat sebuah lemari besar, tempat di mana kami menaruh semua baju-baju kami (masing-masing mendapat space sendiri), satu kamar mandi, dan setumpuk kasur lipat (futon). Oh, tentu saja ada meja rias, tapi itu ada di lantai atas. Sedangkan ruang bersama adalah tempat di mana kami biasa menonton tv, mengerjakan tugas-tugas, makan bersama, juga tempat dimana kami bisa saling bercerita, bercanda, tertawa, juga menangis bersama. Kami adalah keluarga besar. ^^

”Yahh..kalian sudah pulang!” Junho menyambut kami gembira. ”Mana Namja?”

”Oppa!!” Namja berlari melewatiku dan langsung memeluk Junho erat.

”Aww!! Kau membuatku tak bisa bernapas!” seru Junho. Kami tertawa.

Junho adalah saudara kembarnya Namja. Lahir dari rahim yang sama namun sel telur yang berbeda (ayahnya sama..). Junho lahir dua menit lebih dulu dari Namja. Dan mereka memang tidak begitu mirip, hanya saja mereka memiliki tanda lahir dan sifat yang sama.

”Ow..adikku sudah besar,” ujar Junho. Rasa gembira tergambar jelas di wajahnya.

”Junho ya, bantu kami!!” teriak Jaebum dari balik pagar rumah. Setelah itu, Junho langsung berlari keluar dan membantu para lelaki mengangkut barang-barang para pendatang.

”Loh? Khun dan Taec menginap di sini? Tidakkah kalian lebih baik pulang ke rumah dulu?” tanyaku bingung ketika melihat mereka juga membawa masuk barang bawaan Khun dan Taekyeon.

”Mereka tinggal di sini.” jawab WooYoung pendek.

”APA??” yang paling terkejut ini adalah YeoJin.

”Kenapa?” tanya WooYoung.

YeoJin hanya menggeleng, ”Nggak. Nggak apa-apa.” sahutnya. Namun, aku bisa melihat wajahnya memerah dan menggumamkan kata-kata seperti ’Oh My God!’, ’kaku’, dan sebagainya. Sepertinya dia merasa nervous setiap berada di dekat Nickhun, menurutku. Yah, tidak hanya dia. YoungHee, EunHye, dan aku juga merasa begitu. Kecuali NamJa. Entah apakah hanya perasaanku saja atau gimana, sejak tadi di mobil aku merasakan aura benci dari dirinya jika dia dekat dengan Khun. Hhh...

”Jaebum, kau kakak kedua?” tanya Khun.

”Ya. Kenapa?”

”Kakakmu mana? Aku dari tadi belum melihatnya.”

”O...itu...,”

”Siapa namanya? Kau belum pernah cerita..,” sambung Taekyeon.

”Itu..,” saat Jaebum merasa gagu bicara, YeoJin sudah berteriak dari dalam ruang bersama. Teriakan penuh kejengkelan yang aku sangat tahu alasannya.

”YA PARK MYUNGSU!!!!!” jerit YeoJin.

”Siapa?” tanya Khun kaget.

”Kakakku..,” jawab JaeBum lelah.

____ _____ _____


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MBA

6

”Apa maksudnya ini?! Ya Kim SuHa, jelaskan. Bukankah kau bilang YoonHa itu adikmu?,” JaeBum menggertakan giginya. Suasana ceria tadi telah berubah menjadi tegang dalam hitungan detik. 
”Eh, begini kak..”
”YeoJin, kau diam saja.” kini gantian WooYoung angkat suara. 
YoungHee, NamJa, EunHye, dan YeoJin hanya saling bertukar pandangan cemas. 
”Hyung, izinkan aku saja yang menjelaskannya. Secara rinci.” usul ChangMin. ”Tapi, tidak di sini. Bisa ikut sebentar?” JaeBum, WooYoung, Taekyeon, dan Nickhun mengikuti ChangMin keluar bandara. 
.....
”SuHa ya, gwenchana?” tanya YoungHee setelah para pria keluar mengikuti ChangMin.
SuHa menghembuskan nafas berat, lalu mengangguk. ”Ini salahku tidak menceritakannya pada JaeBum dan WooYoung oppa.” 
”Sudahlah. Kita duduk di situ aja yuk!” NamJa menggiring mereka ke tempat duduk panjang dekat jendela-jendela besar dekat pintu masuk bandara.
”Lalu, bagaimana kelanjutannya?” tanya NamJa pada YeoJin setelah mereka semua duduk, sementara YoungHee menenangkan SuHa sedangkan EunHye mengurus YoonHa.
”Keadaannya semakin sulit. SuHa menjadi tangan kanan ibunya Yoochun di perusahaan keluarganya Yoochun. Dan ibunya Yoochun sudah menyediakan calon istri anaknya, Yoona. Peran SuHa di antara mereka adalah sebagai mak comblang. Belum lagi SuHa juga sedang dalam usaha membuat Yoochun kembali mengingatnya. Sepertinya rasa syok pria itu masih belum pulih, buktinya dia malah sama sekali tak mengingatnya. Benar-benar deh... dan ketika Yoochun pergi, dia sama sekali belum tahu kalau setelahnya SuHa mengandung YoonHa. Hhh..” jelas YeoJin panjang lebar.
”Itu sebabnya ya SuHa tak mau memargai anaknya Park? Padahal, bercerai juga tidak...pernikahan mereka cukup lama juga ya. Sayangnya...jadinya justru seperti ini.” tambah NamJa. ”Apa ini karma, ya? Karena pernikahan beda status mereka tak direstui juga karena mereka menikah diam-diam.” lanjutnya.  
”Hei, mereka kembali.” kata EunHye., membuat ketiga temannya terdiam. 
ChangMin terlihat tenang, namun wajah JaeBum, WooYoung, Khun, dan Taekyeon tak dapat diterka. 
 SuHa, YeoJin, YoungHee, dan EunHye yang sedang menggendong YoonHa, berdiri ketika para pria itu tiba. 
”SuHa ya, mian.” adalah kata-kata pertama yang keluar dari bibir JaeBum. 
”Aku juga minta maaf. Meski sebenarnya masih agak kesal karena kamu tidak menceritakannya kepada kami. Pasti saat itu kamu juga sedang kesulitan. Mian, SuHa ya.” ucap WooYoung.
”Kalau...kalau kau butuh bantuan, aku dan Khun juga dapat membantu. Ya kan, Khun?!” Taekyeon menyikut pelan Nickhun.
”Ya.” jawab Khun, tersenyum meyakinkan.
”Terima kasih.” SuHa merasa terharu dengan suasana keintiman yang terjadi. Meski dirinya sudah tak memiliki keluarga (kecuali YoonHa), tetapi bagi SuHa, mereka semua adalah keluarganya, tempatnya berpulang dan bermanja rasa sayang. SuHa bersyukur telah mengenal mereka. 
”Nah, sekarang ayo kita pulang!” seru WooYoung.

____ ____ ____


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MBA

5

Bandara lebih ramai dari biasanya. Tidak hanya orang-orang yang baru arrived saja yang berseliweran, tetapi juga orang-orang yang menyambut kedatangan mereka. Berbagai papan nama di ayun-ayunkan ke atas dengan semangat. 
”NamJa!!!”
Lee NamJa menoleh dan menemukan rombongan sahabat-sahabatnya sedang melambai-lambaikan papan bertuliskan namanya. Dia segera menghampiri mereka dan saling berpelukan melepas kangen. Selain empat orang sahabatnya; Cha YoungHee, Park YeoJin, Jang EunHye, dan Kim SuHa, hadir juga Jang WooYoung (kakaknya EunHye), Park JaeBum (kakak keduanya YeoJin), Shim ChangMin (sepupunya SuHa, tapi juga pacarnya YoungHee), dan YoonHa. 
”Wah, wah...rombongan besar nih!” ucap NamJa. ”Pasti WooYoung oppa yang nyupir lagi deh! Terus, JaeBum oppa yang disuruh-suruh angkut barang. Hhh....bener-bener nggak berubah.” lanjut Namja, nyengir.  
”Ckckck..you’re wrong, LeeJa.” balas JaeBum dengan wajah sedikit meremehkan. Laki-laki yang NamJa kenal biasanya memanggilnya dengan nama singkatan LeeJa, karena mereka merasa aneh memanggil wanita dengan nama NamJa.
”So?” tanya NamJa.
”Oh. Aku tau. Oppa pasti mau ngegodain pramugari-pramugari lagi. Biasa NamJa..kakakku ini kan nggak laku-laku!” jawab YeoJin, yang setelah ngomong hal itu langsung berlari menjauh dari JaeBum, takut ditempeleng.
Sedangkan yang lainnya justru tertawa.
”Nggak. Kami di sini juga sedang menjemput teman kami.” jelas WooYoung.
”O ya? Kok aku nggak dikasih tau sih?” protes EunHye.
”kamu nggak nanya.” jawab WooYoung pendek.
Baru YoungHee membuka mulut untuk bertanya siapa, tetapi JaeBum sudah berteriak, ”KHUN! TAEC!” dan melambai-lambai dengan girang.
”Oppa! Apaan sih?! Aku malu tauu..,” Yeojin menyodok pinggang JaeBum dengan sikut. Membuat JaeBum berhenti karena kesakitan.
Dua orang yang dipanggil kakaknya YeoJin tadi menghampiri rombongan. Keduanya bertubuh tinggi, tetapi lelaki yang kedua lebih tinggi dan berkulit cokelat. 
”Guys! Kenalkan, teman kami. Ini Nickhun, panggilannya Khun.” WooYoung menunjuk pada lelaki berwajah cantik sekaligus ganteng yang lalu tersenyum dan melambai kepada rombongan. 
”Dan yang ini Ok Taekyeon, lebih mudah memanggilnya Taec. Korea asli. Sedangkan Khun aslinya adalah orang Thailand.” JaeBum melanjutkan. Dan lelaki yang bernama Taekyeon tersenyum lalu membungkukkan badan sedikit. 


Kemudian, masing-masing anak dalam rombongan penyambut mulai memerkenalkan diri mereka masing-masing, termasuk NamJa yang dari rombongan pendatang. 
”Lalu, anak kecil itu siapa?” tanya Taekyeon, menunjuk YoonHa yang beridiri di tengah-tengah rombongan dengan tenang. 
”Annyeonghaseyo, Taekyeon oppa, Khun oppa! Namaku Kim YoonHa. Umurku lima tahun. Senang berkenalan dengan Oppa-oppa sekalian!” YoonHa lalu memasang pose dan mengedipkan sebelah matanya, membuatnya terlihat imut. Orang-orang dewasa di sekitarnya hanya tertawa melihat tingkahnya. 
”YoonHa pintar sekali. Pasti SuHa onnie yang mengajarimu, ya?” Taekyeon menggendong YoonHa dan mengelus pelan kepalanya.
”Bukan onnie, oppa.” sahut YoonHa. ”Tapi eomma.”
Tawa satu rombongan terhenti seketika.

____ ____ ____


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MBA

4
”Bagaimana pertemuanmu dengan Yoona?” Aku terdiam mendengar pertanyaan itu. Entah mengapa tubuhku jadi agak kaku.
”Dia anak yang menarik bukan?” lanjut direktur Park.
Aku kembali mengingat gambaran Yoona yang sudah kutemui kemarin sore di Coffe Shop. ”Annyeonghaseyo.” dilafalkan dengan nada dan pronounce yang tepat, nyaris sepintar Shim Chang Min, sepupuku. SuHa melihat Yoona duduk melalui sisi kiri, ketika makan lengannya tak ada yang bergelayut malas di meja. Jelas memiliki good manner. SuHa juga melihat Yoona selalu tersenyum jika dia bercerita tentang Yoochun, meski itu bukan hal yang menyenangkan. Hmm.. tipikal gadis baik hati, periang, penyabar, uhh...benar-benar seorang nona. Ketika berbicara mengenai ekonomi negara, Yoona juga dapat mengimbangi topik itu dengan baik. Bahkan, gadis itu sendiri yang bilang kalau dia berlangganan koran setiap hari. Yah, dia juga tipe gadis yang bisa membuat orang terkejut dengan kepintarannya, juga cerdas. Tipe nona-nona intelek, tapi tetap mengikuti fashion. Menarik? Aku bahkan mengira kalau dia adalah seorang tua yang terjebak di dalam tubuh seorang gadis. Bah!
”Ya, direktur Park. Gadis itu sangat menarik.” menarik jika kau melihatnya melalui sedotan. Bagiku, tipe ’gadis baik’ seperti itu akan membuat Yoochun cepat bosan. Tidak memiliki dinamika hidup yang meledak-ledak. Well, life is never flat u know..
           Omong-omong, siapa Yoona ini? Dan ada hubungan apa dengan Yoochun? Well, tak heran kalian bertanya. Maaf karena tidak kujelaskan dari awal karena aku memang sebal dan tak berminat. Gadis tinggi, langsing, cantik, pintar, dan berambut panjang yang bernama Yoona itu adalah CALON tunangan Park Yoochun, yang adalah pria yang selama sepuluh tahun terakhir ini berada dalam urutan pertama daftar most wanted-ku. Aku sih sama sekali belum memberitahu Yoochun soal si Yoona ini, berhubung first impression-ku jelek. Aku akan memerkenalkan diri lebih proper nanti. Dan, jika kalian bertanya apa aku setuju Yoochun bertunangan dengan Yoona, jawabannya adalah TIDAK! Sekalipun aku adalah tangan kanan direktur Park sekaligus telah dipercaya menjadi mak comblang bagi mereka berdua, aku tetap tidak merestui. Karena aku adalah....

______ _______ _______ 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

L O V E M I N T

Mi, ni ada FF buat loe...

Buat yang laen juga bole deh... :)

Taken from SOOMPI

Title : L O V E M I N T 

Author :♥neekers @ SOOMPI

Cast : 2PM

Chapter 00

In our first year of elementary, you called me fat because I called you puny, which you were – you lost to me in arm wrestling, me, a girl.


In second grade you broke your arm and blamed me for pushing you over where in actual fact you tripped over nothing from your own stupidity. 


In third grade you professed your undying love for my best friend, making her fluster in such excitement and crushing it the following hour by calling her ugly. 


In fourth grade, during our summer swimming program, which your mother signed us up for, you thought it'd be funny to push me into the pool because I couldn’t swim. You then went around and told your friends how I slipped in from my own stupidity. Now where have I heard that before?


In fifth grade you called me out to the park on a rainy day but never showed up, causing my absence from school for the rest of that week. 


In sixth grade you developed a fetish for mints, proclaiming that who ever eats them will fall in love with you. I found it utterly ludicrous and insisted that you snap to your senses. Apparently you somehow brought up the idea that deep inside I was dying for one of your stupid ‘love mints.’ 


In our first year of Junior High you had your first kiss with one of the senior’s girlfriend, causing a big riot within school grounds. You told me how she couldn’t keep her hands off you once you gave her one of them ‘love mints.’ 


In our second year of Junior High you left Korea without notice, leaving behind a packet of wrapped sugar free peppermints, guaranteeing to help me shed weight. 


I lost complete contact with you from that day onwards. 


Three years later and here I am, standing at your door, in my school uniform early in the morning, ready to welcome you back into my life. 


The second you opened and stood behind that door of yours, shirtless with bed hair, I was awestruck by your appealing features that had developed from the scrawny self you were three years ago. 


I stood there, stiffly fixed in my position, awaiting some sort of acknowledgment from you. And with much innocence and you parted your dry lips and groggily asked me, ‘who are you?’



Ok Taecyeon, you’ve forgotten me already.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

For the next chapters please refer here : L O V E M I N T

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS