2
“Yoochuna, kamu…bener-bener lupa atau nggak kenal aku?” tanyaku, berusaha menelan hal terburuk yang akan dia ucapkan.
”Yoochuna, tidak ingatkah kau sesuatu tentangku?”
”Anda benar-benar ingin tahu jawabannya?”
Aku mengangguk pasti. Tenang, SuHa..tenang..tenang..
”Bahkan, jika memori saya lebih luas dari alam semesta ini pun, tak ada satu pun ingatan tentang Anda. Saya baru bertemu Anda hari ini. Dan saya mohon, jangan pernah menemui saya lagi mulai detik ini. Selamat tinggal.”
Apa ini? Rasa yang rasanya dulu pernah kutemui. Sakit. Perih. Bertahun-tahun aku mencarinya, pada akhirnya pun aku hanya dapat melihatnya pergi lagi. Kali ini..mungkin yang terakhir, ya? Huh, konyol. Ternyata selama ini aku sudah melakukan hal yang sia-sia. Eksistensiku tak ada artinya baginya. Sudahlah! Keberuntunganku memang hanya sampai sini.
Tapi.., suara dalam kepalaku berkata. Kau sudah berusaha keras selama ini sampai terlihat bodoh! Masa’ sih mau menyerah begitu saja? Ayolah, SuHa. Dia sudah di depan matamu, kan?!
Tapi, Yoochun kan tak mengingatku!
Kau kan bisa membuatnya mengingatmu.
Aku tak boleh menemuinya lagi.
Hei, sejak kapan kau menuruti setiap perintah?
Dia memohon.
Adakah permohonan selalu untuk diterima? Jawaban selalu untuk ya dan tidak..
Dia sudah terlanjur tidak menyukaiku.
Ayolah, jangan keras kepala..! Tak ada kata terlambat untuk mengubah perasaanya terhadapmu. Bahkan, meski kau baru berhasil mengubah perasaanya lima menit sebelum ajal menjemputnya. Tak ada kata terlambat..berjuanglah!
Kau betul. Aku tak mau menyerah. Aku akan membuatnya mengingatku. Hah!
Tapi, ingat..jangan sampai dia tahu ’hal itu’.
_____ _____ _____
0 komentar:
Posting Komentar