RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Married by Accident [not exactly like MBA real meaning..]
By: Miss Orange ^^ [LNJ]

Aku memandangnya dari balik buku menu. Pria yang duduk di depanku membaca buku menunya dengan serius. Seperti mempertimbangkan menu apa yang sebaiknya dia pilih dalam situasi seperti ini. Tentu saja dia pasti tahu aku akan mengikuti apa saja pilihannya. Let the man lead the way.
“Saya pesan ravioli mushroom dua, jus jeruk, dan jus stroberi masing-masing satu.” Dia berkata kepada pelayan dengan suara baritone yang merdu. Aku cukup kaget dia tidak menanyakan kepadaku lebih dulu apa yang ingin kupesan. Meski begitu, aku terkejut dia memesan jus stroberi. Apa dia tahu aku memang menyukai stroberi atau dia yang memesan jus stroberi itu untuk dirinya sendiri? Umm..
“Maaf, saya tidak menanyakan dahulu kepada Anda,” ujarnya sopan.
Aku menggeleng dan tersenyum. “Tidak apa-apa. Saya tidak ada masalah dengan itu.” balasku. Dan itu memang benar. Aku tidak terlalu bernafsu makan sejak pulang dari rumah sakit dan mengetahui hasil roentgen-ku—mengetahui apa persisnya penyakitku. 
“Saya telah menerima data pribadi Anda tadi pagi dan saya telah membacanya.” Katanya. “Jujur, saya agak kaget mengetahui bahwa Anda mengajak saya untuk bertemu langsung. Bukankah biasanya pria yang mengajak lebih dulu? Itulah yang saya ketahui,” lanjutnya. 
Aku tersenyum kecil. Tentu saja itu teorinya. Tapi, sampai kapan aku harus menunggunya untuk mengajakku bertemu? Aku tak punya waktu untuk menunggu. Tak akan ada reaksi jika tidak didahului oleh aksi. 
“Maaf kalau saya lancang,” ujarku, seraya sedikit membungkukkan badan.
Dia menggeleng. “Tidak, bukan itu masalahnya. Saya penasaran, kenapa Anda sangat ingin bertemu dengan saya. Hanya itu.”
Aku tersenyum. Langsung kepada inti. 
“Boleh saya tahu nama panjang Anda?” tanyaku. 
“Apakah itu alasannya?”
“Nama panjang Anda?” aku mendesaknya.
Dia menarik nafas pelan. “Nama saya Park Yoochun. Apa ada yang salah dengan itu?” tanyanya, bingung.
Ternyata benar. Itu dia! Akhirnya, aku menemukannya.
“Jadi, apakah itu alasannya? Hanya nama?” tanya Yoochun skeptis. Matanya menilaiku. Ya, ya, ya. Aku tahu dia menganggapku wanita seperti apa sekarang. 
“Baiklah, saya rasa saya telah mengetahui,-“
Aku memotongnya cepat—kelewat cepat. “Apa…apakah Anda tidak mengenal saya? Mengingat saya? Maksud saya, tidakkah Anda mengingat sesuatu?”
“Ya, saya mengenal Anda. Tentu saja. Kan baru lima menit yang lalu, bukan?”
Aku masih menatapnya, berharap lebih. Dan dia mengerti—atau tidak sama sekali?
“Namamu Kim Suha.” Ekspresinya menunjukkan ketidakyakinan. Dia pasti benar-benar menganggapku aneh sekarang. 
Aku mengangguk. Oh, ayolah! Memang sudah lama sekali aku mengenalnya, tapi masa dia lupa sama sekali denganku?
 “Maaf, Nona. Waktu saya sedikit. Saya ada rapat. Permisi.” Yoochun beranjak, tapi aku telah sigap dengan kemungkinan ini. Aku meraih tangannya. Menahannya untuk tetap duduk berhadapan denganku. It’s not finished yet! And never, ‘till he remember anything ‘bout me, us!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS